Senja di tepian….
Hari itu di sebuah sore yang jinga, kita dalam satu horizon yang sama.
Riak-riak dari gelombang sungai ini tegak lurus dengan komulus stratus dan sirrus diangkasa
Dan ada kita ditepiannya, sama-sama membunuhi waktu satu persatu.
Tanganmu saling bertumpuan satu sama lain, menopang dagu.
Sementara matamu memandang jauh kearah tepian
Larut disetiap debur gelombang nya.
Riuh ramai lalu lalang orang-orang berjalan dengan sejuta gelisahnya
Sementara kita dalam kesendirian masing-masing.
Paradoks memang: sendirian ditengah keramaian.
Sepertia biasa, kita punya kebiasaan yang sama
Menghitungi kapal yang meiltas di sungai ini
Kapal yang kecil, sedang, hinga pengankut kapal batu bara yang besar
Semenjak hari itu, aku punya satu impian
Membuatkanmu sebuah kapal: yang pada kabin dan haluannya tertulis sebuah nama
Nama nya adalah Namamu, pada setiap dinding dalam nya adalah lukisan tentangmu
Lalu di setiap bagiannya berterbaran tulisan dari kata-kata ku
Kata-kata yang menunjukkan betapa rumitnya menyederhankan perasaan.
Diluarnya ada deburan ombak lembut menyapa, deretan lampu dan mercusuar
Dan kita masih dalam satu horizon pada senja di tepian.
Palembang, 31 Agutus 2015
Kau masih ingat kan saat kita dalam satu horizon pada senja di tepian?